selamat datang sumber beljar

SELAMAT DATANG

AYAT-AYAT TENTANG PENDIDIKAN SEBAGAI PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA



    
AYAT-AYAT TENTANG PENDIDIKAN
SEBAGAI PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA
  
  I.  PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an yang suci dan mulia sebagai penerang dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada pembawa risalah kebenaran, Nabi Muhammad SAW.
Pendidikan sebagai perkembangan potensi manusia bahwa manusia bisa berfikir dan berakal tidak dengan sendirinya. Manusia akan bisa mengembangkan fikiran dan akalnya yaitu dengan pendidikan disinilah betapa pentingnya pendidikan. Dalam makalah kami ini kami akan mencoba memaparkan ayat-ayat tentang pendidikan sebagai potensi manusia, dengan harapan dapat mengerti apa yang dimaksud dengan pendidikan sebagai potensi manusia.

      II.     POKOK  PEMBAHASAN
Dalam makalah ini kami akan coba menafsirkan tentang ayat-ayat pendidikan sebagai potensi manusia, yang meliputi ayat-ayat sebagai berikut :
A.  Q.S Al-Baqarah : 164
B.  Q.S Al-Maidah : 15-16
C.  Q.S Al-Jumu’ah : 2

   III.     PEMBAHASAN
A.  Q.S Al-Baqarah : 164
¨bÎ
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
1)      Tafsir Q.S Al-Baqarah : 164
Ayat ini mengundang manusia untuk berfikir dan merenung sekian banyak hal:
Ø Berpikir dan merenungkan tentang penciptaan langit dan bumi.
Kata (خلق)khalq yang diterjemahkan diatas dengan penciptaan dapat juga berarti pengukuran yang diteliti atau pengaturan. Karena itu disamping makna diatas, ia juga dapat berarti pengaturan system kerjanya yang sangat teliti. Yang dimaksud dengan langit adalah benda-benda angkasa, seperti matahari, bulan dan gugusan bintang yang kesemuanya beredar sangat teliti dan teratur.[1]
Ø Pergantian malam dan siang secara beriring-iringan, dating yang satu sesudah yang lain pergi, perbedaan panjang pendek antara waktu siang dan malam y6ang diakibatkan oleh berlainan posisi geografis antara satu benua atau negeri yang lain, demikian pula perbedaan musim serta kemanfaatan kemaslahatan yang diperoleh manusia dan pergantian siang dan malam. Dalam semua fenomena alam itu terdapat tanda-tanda nyata yang menunjukkan kepada keEsaan Allah yang menjadikan keteraturan fenomena-fenomena alam, sekaligus menunjukkan adanya rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya.[2]
Ø Merenungkan tentang kapal-kapal yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia. Ini mengisyaratkan sarana transportasi, baik yang digunakan masa kini dengan alat-alat canggih maupun masa lampau yang hanya mengandalkan angin.
Ø Merenungkan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, baik yang cair maupun yang membeku. Memperhatikan prosesw turunnya hujan dalam siklus yang berulang-ulang, bermula dari air laut yang menguap dan berkumpul menjadi awan, menebal menjadi dingin, dan akhirnya turun menjadi hujan serta memperhatikan angin dan fungsinya, yang kesemuannya merupakan kebutuhan bagi manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Ø Berpikir tentang aneka binatang, yang diciptakan oleh Allah baik binatang berakal (manusia) ataupun tidak, menyusui, bertelur, melata dan lain-lain.[3]
Ø Perkisaran angin
Berhembusnya angin akibat adanya pergerakan udara, yang membawa bibit-bibit tumbuhan dan menolong terjadinya persarian sesuai dengan iradat Allah.
Ø Awan yang disuruh bekerja diantara langit dan bumi
Mendung yang terhimpun dan bergerak untuk menurunkan hujan di berbagai negeri yang tersusun dengan teratur.
Dalam segala kenyataan terdapat pelajaran dan ibarat cermin bagi orang berakal, bertadabbur (berfikir) dan memperhatikan sebab-sebab agar bisa mengetahui hikmah rahasia Allah serta membedakan antara yang member manfaat dan yang member kemudharatan.
Menurut segolongan hukama (para bijak, filosof), Allah mempunyai dua kitab, yaitu kitab yang dijadikan (alam semesta), dan kitab yang diturunkan (Al-Qur’an).
Al-Qur’an inilah yang menunjukkan bahwa dengan akal yang telah diberikan Allah kita akan bisa mengetahui kitab pertama. Barang siapa yang mengambil ibarat dengan kedua kitab itu akan memperoleh petunjuk dan sebaliknya, barang siapa yang berpaling dari kedua kitab tersebut akan merugi, baik di dunia dan di akhirat.[4]
2)      Asbabunnuzul Q.S Al-Baqarah :164
Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika turun ayat Q.S Al-Baqarah 163, kaum musyrikin kaget dan bertanya-tanya:” Apakah benar Tuhan itu tunggal? Jika benar demikian, berikanlah pada kami bukti-buktinya!” Maka turunlah ayat berikutnya Q.S Al-Baqarah 164 yang menegaskan adanya bukti-bukti kemaha Esaan Tuhan. Ini diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansur didalam sunannya al-fariyabi didalam tafsirnya, dan al-Baihaqi dalam kitabnya Su’abul Iman, yang bersumber dari Abu Dluhah.[5]
3)      Munasabah Q.S Al-Baqarah :164
Dalam ayat sebelumnya menerangkan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah yang maha Rahman lagi Maha Rahim dan janganlah memperserikatkan atau mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Sedangkan ayat ini menjelaskan tentang kekuasaan Allah dan penciptaan syari’at agama karena tidak ada zat yang patut disembah melainkan Allah. Sedangkan ayat sesudahnya menjelaskan keadaan orang-orang yang tidak memahami ayat-ayat yang menjadai bukti tentang keEsaan Allah.
B.  Q.S Al-Maidah : 15-16

Artinya :
15.Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.
16.Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

1)      Tafsir Q.S Al-Maidah : 15
Dalam tafsir Jalalain telah diterangkan (Hai ahli kitab sesungguhnya telah datang kepadamu, putusan Kami)Muhammad (mengungkapkan kepadamu banyak dari apa yang kamu sembunyikan dari al kitab) yakni kitab taurot dan injil seperti ayat tentang rajam dan sifat-sifat nabi (dan banyak pula dibiarkannya ) diantara demikian sehingga tidak diungkapkannya jika tidak ada kepentingannya selain dari membukakan rahasia kamu durhaka (sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari  Allah), itulah dia nabi Muhammad. (dan kitab)yakni Al Quran (yang jelas), nyata.
Jadi untuk menjelaskan dan menerangkan kepada kaum, banyak hal dari ayat-ayat dan mukjizad-mukjizad yang pernah dialami berrsama nabi-nabi kalian terdahulu. Muhammad menceritakan kepada kalian tentang kisah-kisah yang diturunkan kepada kalian dalam taurod dan injil, seperti ayat tentang rajam dan perbelahnya lautan dan lain-lain.
Oleh karena itu, ketahuilah bahwa Allah telah mengutus Muhammad dengan membawa cahaya agung kitabNya yang mulia, dan dengan dalil yang terang,hujah yang menaklukan. Kalau beliau bukan seorang nabi sejati niscaya beliau tidak akan menceritakan sesuatu yang kalian sendiri tidak pernah mendengarnya dan hanya diketahui oleh nabi.[6]
2)       Asbabunnuzul Q.S Al-Maidah : 15
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa nabi SAW di datangi orang-orang yahudi yang bertanya tenntang hokum rajam. Nabi SAW bertanya:” Siapa  diantara kalian yang paling alim?” mereka menunjuk Ibnu Shurya. Nabi SAW meminta kepadanya untuk menjawab dengan sebenarnya sambil bersumpah atas nama Allah yang telah menurunkan Taurat pada Nabi Musa, yang mengangkat gunung Thur, menetapkan 10 janji yang telah diterima oleh mereka serta menggemparkan mereka. Berkatalah Ibnu Shurya:” Ketika telah banyak kaum kami yang mati dirajam karena zina, kami tetapkan hokum dera 100 kali dan kami cukur kepalanya.” Maka ditetapkanlah kembali kepada kaum yahudi hokum rajam. Lalu turunlah ayat ini sebagai peringatan kepada orang yang telah melalaikan hokum-hukum Allah. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah.[7]
3)      Tafsir Q.S Al-Maidah : 16
Dalam tafsir Jalalain diterangkan (dengan kitab itu Allah menunjukkan orang-ornag mengikuti keredhoanNya) maksudnya dengan Al Quran dan dengan jalan beriman. (kejalan-jalan keselamatan) jalan yang menyelamatkan mereka (dan mengeluarkan mereka dari kegelapan) yakni kekafiran (kepada cahaya) yakni keimanan (dengan ijinnya) dengan iradhhadNya (serta membimbing mereka kejalan yang lurus) yakni agama islam. [8]
Jadi Allah memberi taufik kepada orang yang mengamalkan kitabNya yang diturunkan kepada rosul-rosulNya ini dan memujudkan kedalam amal sholeh yang akan mengantarkannya kepada keridhoan dan hidayah Allah,serta kepada jalan yang dicintai, kemenangan meraih surgaNya, dan keselamatan dari murka dan nerakaNya.
Kitab ini mengeluarkan orang yang meikuti dan mengamalkan kandungan dari kegelapan,kebodohan,syirik, shubhad, syahwat, dan pelangaran menuju cahaya hidayah, kejelasan bukti, kebenaran dalil,dan ridho Allah, sebab, didalamnya terkandung hidayah yang bersifat mutlak, khusus, cahaya terang terang serta keselamatan dari segala kesesatan.[9]
4)      Munasabah Q.S Al-Maidah : 15-16
Dari ayat sebelumnya diterangkan bahwa Allah yang maha esa. Tiada tuhan selain Dia sedangkan ayat ini menerangkan akan tanda-tanda kekuasaaNya. Sedangkan ayat sesudahnya menerangkan akan keingkaran manusia tentang wujud keesaan Allah dan mencari-cari tandingan-tandingan selain Allah.[10]
C.  Q.S Al-Jumu’ah : 2

Artinya :
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
1)   Tafsir Q.S Al-Jumu’ah : 2
Dalam tafsir Jalalain diterangkan (Dialah Yang mengutus kepada kaum yang buta huruf ), yaitu bangsa arab; lafal ummy artinya orang yang tidak dapat menulis dan membaca kitab,     (Seorang rosul diantara mereka), yaitu Nabi Muhammad SAW,( yang membacakan kepada mereka al kitab) Al Qur’an, ( dan hikmah ), yaitu hokum-hukum yang terkandung didalamnya atau hadits, ( dan sesungguhnya )
Lafal In disini adalah bentuk takhfif dari inna sedangkan isimnya tidak disebutkan selengkapnya, dan sesungguhnya(mereka adalah sebelumnya ) sebelum kedatangan nabi Muhammad SAW, ( benar-benar  dalam kesesatan yang nyata ) artinya jelas sesatnya. [11]
Imam Fahruddin ar Rozi dalam tafsirnya menuliskan tentang ayat di atas kurang lebih sebagai berikut:” Kesempurnaan manusia diperoleh dengan mengetahui kebenaran serta kebajikan dan mengamalkan kebenaran dan kebajikan itu. Dengan kata lain, manusia memiliki potensi untuk mengetahui secara teoritis dan mengamalkan secara praktis. Allah SWT menurunkan kitab suci dan mengutus nabi Muhammad SAW untuk mengantar manusia meraih kedua hal tersebut. Dari sinilah, kalimat membacakan ayat-ayat Allah berarti nabi Muhammad SAW menyampaikan apa yang beliau terima dari Allah untuk umat manusia, sedang mennyucikan mereka mengandung makna penyampurnaan potensi teoritis dengan memperoleh pengetahuan Illahiyyah. Dan mengajarkan al kitab merupakan isyarat tentang pengajaran pengetahuan lahiriyyah dari syariat. Adapun al hikmah adalah pengetahuan tentang keindahan, rahasia, motif, serta manfaat-manfaat syariat.” Demikian ar Rozi yang dikenal dengan gelar al Iman.
Pendapat diatas tidak di terima oleh ulama’-ulama’ lain . syeh Muhammad Abduh memahami arti ayat-ayat Allah denagn ayat-ayat kauniyyah yang menun jukkan kekuasaan, kebijaksanaan dan keesaanNya . adapun al Hikmah menurut Abduh adalah rahasia persoalan-persoalan agama, pengetahuan hokum, penjelasan tentabg kemaslahatan, sreta cara pengamalan, dll.
Imam Syafi’I memahami arti al hikmah dengan as sunnah karena tidak ada selain al Qur’an yang diajarkan nabu Muhammad SAW kecuali as Sunnah.[12]
Hanya Allah semata yang mengutus nabi Muhammad SAW kepada kaum yang tidak bisa baca tulis di jazirah arab, yang tidak mempunyai kitab suci ataupun rosul sebelumnya.
Muhammad SAW yang juga asli keturunan arab itu membacakan al Qur’an kepada mereka, membersihkan mereka dengan hikmah dan al Qur’an, mennyucikan mereka dari dosa dan maksiat, dan mengajarkan mereka  ayat-ayat al Qur’an dan Hadits-  hadits nabi, padahal sebelum nabi Muhammad diutus mereka memalingkan diri dari petunjuk hidayah dan te nggelam dalam kerusakan. [13]
2)      Munasabah Q.S Al-Jumu’ah : 2
Ayat ini bermunasabah dengan ayat sesudahnya yaitu melanjutkan bahwa: dan selain dari mereka yang belum menyusul mereka, dan Dialah saja, tidak ada selainNya, Yang Maha Perekasa lagi Maha Bijaksana. Pengutusan dan dampak-dam[pak posotifnya yang disebut diatas itulah karunia Allah diberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki sesuai dengan kuasa dan kebijaksanaanNya dan Allah adalah pemilik karunia yang besar.
Ayat ini juga bermunasabah dengan surat al Imron: 190, yang sama-sama mengarahkan jiwa manusia untuk meraih manfaat dan pelajaran dari mambaca dari ayat-ayat al-Qur’an [14]





                           
   IV.     KESIMPULAN
      V.     ANALISIS
   VI.     PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Karena kekuranga milik kami dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, kami sangat mengharapkan keritik yang bersifat membanggun untuk kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.
Terima kasih kami sampaikan atas partisipasinya dalam makalah ini kepada teman-teman yang telah mendiskusikan makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi pemakalah dan pembaca.





























DAFTAR PUSTAKA
[1] Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbhah vol 1, (Jakarta : Lentera hati, 2002),vol1 hlm. 448
[1] ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi Tafsir An-Nur, (Semarang : PT. Pustaka Rizqy Putra, 2000), hlm. 257
[1]  al Qorni, ‘Aidh,  Tafsir Muyassa 4, Jakarta: Qisthy Press, 2007), hlm. 498
            [1] Tafsir jalain imam jalaludin al mahali,as suyithi,(bandung:sinar baru,1990
`           [1] Tafsir jalain imam jalaludin al mahali,as suyithi,(bandung:sinar baru,1990),hal. 2452-2453.
[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbhah vol14, (Jakarta : Lentera hati, 2002), ,  hlm. 46
[1] Dr. ‘Aidh al Qorni, Tafsir Muyassar 4, ( Jakarta: Qisthy Press, 2007), hlm. 340
Shaleh dkk, AsbabunNuzul, (Bandung: CV  Diponegoro, 2000


[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbhah, (Jakarta : Lentera hati, 2002),vol1 hlm. 448
[2] Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir An-Nur, (Semarang : PT. Pustaka Rizqy Putra, 2000), hlm. 257
[3]  Op. Cit, M. Quraish Shihab,vol.1 hlm. 448
[4]  Op. Cit, Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, hlm. 259
[5]  KH. Shaleh dkk, AsbabunNuzul, (Bandung: CV  Diponegoro, 2000), hlm. 46
[6]  Dr. ‘Aidh al Qorni, Tafsir Muyassa 4, ( Jakarta: Qisthy Press, 2007), hlm. 498
[7] Op. Cit, KH. Shaleh dkk hlm.  189
                [8] Tafsir jalain imam jalaludin al mahali,as suyithi,(bandung:sinar baru,1990),hal.456
[9] Op. Cit, Dr. ‘Aidh al Qorni, Tafsir Muyassar 4,hlm. 499
[10] Op. Cit, M. Quraish Shihab,vol.1 hlm. 447-449
`               [11] Tafsir jalain imam jalaludin al mahali,as suyithi,(bandung:sinar baru,1990),hal. 2452-2453.
[12] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbhah, (Jakarta : Lentera hati, 2002),vol14,  hlm. 46
[13] Dr. ‘Aidh al Qorni, Tafsir Muyassar 4, ( Jakarta: Qisthy Press, 2007), hlm. 340
[14] Op. Cit, M. Quraish Shihab,vol. 14 hlm. 46-47