selamat datang sumber beljar

SELAMAT DATANG

PAP

BAB I

 PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Masalah – masalah pokok dalam penilaian pendidikan sampai dengan tahun 70-an para pendidik atau para instruktur menghadapi hal penilaian dan pengukuran pendidikan tidak secara sungguh – sungguh. Pendididkan dibiarkan berdiri sendiri dan tidak ada tuntutan untuk disusun suatu evaluasi yang memenuhi syarat secara alamiah. Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan standar-standar tertentu sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus mengetahui bagaimana cara atu teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak didiknya, sejauhmana pencapaian siswa dalam menguasai materi yang disampaikan.
Cara evaluasi tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi berarti berusaha menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh para pendidik . Bila tidak ada patokan dalam pengukuran, maka sukar untuk melakukan evaluasi yang sesuai. Mungkin hanya tergantung pada perkiraan atau selera pendidik.Dalam melakukan penilaian, ranah kognitif merupakan yang paling mudah untuk mudah untuk dinilai tujuannya sehingga banyak alat ukur yang dapat dikembangkan.

B.       Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
  1. Apakah pengertian dari Penilaian Acuan Patokan (PAP)
  2. Pemberian nilai berdasarkan PAP
  3. Manfaat PAP
  4. Kekurangan dan kelebihan PAP
C.      Tujuan
Dalam setiap kegiatan tentunya ada tujuan yang hendak dicapai oleh pelakunya, begitu pula dengan penulisan makalah ini penulis hendak mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
  1. Mengetahui apa itu Patokan Acuan Penilaian.
  2. Mengetahui  kelemahan dan kelebihan PAP
  3. Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum memperolah dan meberikan nilai.
BAB II

PEMBAHASAN
A.      Pengertian PAP
Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran peserta didik dengan patokan “batas lulus” yang telah ditetapkan oleh pendidik. Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu criteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang materi pendidikan sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.
                     
Sebagai contoh misalkan untuk dapat diterima sebagai calon penerbangan disebuah lembaga penerbangan, setiap calon harus memenuhi syarat antara alain tinggi badan sekurang-kurangnaya 165 cm dan memeiliki tingkat kecerdasan (IQ) serendah-rendahnya 130 berdasarkan hasil tes yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan criteria atau patokan itu, siapapun calon yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut dinyatakan gagal dalam tes atau tidak akan diterima sebagai siswa calon penerbang.
Contoh lain misalkan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta mempunyai penilaian acuan patokan nilai sebagai berikut:
Nilai 80 s.d. 100 : A = 4
 Nilai 65 s.d. 79  : B = 3
 Nilai 55 s.d. 64  : C = 2
Nilai 40 s.d. 54   : D = 1
Nilai kurang dari 40       :E = 0 ( Tidak lulus).
Dan ditentukan batas passing grade sebesar 55 atau C, artinya mahasiswa yang belum menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dituntut suatu mata kuliah sekurang kurangnya 55 %, belum dapat dinyatakan lulus dan harus mengikuti ujian ulang. Dan mahasiswa yang mendapat nilai 0- 39 berarti gagal atau tidak lulus dan harus mengikuti kuliah kembali mata kuliah itu pada semester berikutnya.
Pendidik tidak lagi menilai sesuai dengan apa adanya melainkan berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sejak PBM akan dimulai. Pendidik yang menggunakan acuan patokan dituntut selalu mengarahkan, membantu dan membimbing  peserta didik ke arah penguasaan minimal sejak dimulai, berlangsungnya dan sampai pada proses belajar-mengakar itu selesai.
Perlu kiranya bahwa kriteria atau patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu bersifat tetap , setidak-tidaknya untuk beberapa tahun dan berlaku untuk semua peserta didik.
B.     Pemberian Nilai Berdasarkan PAP
 Dengan menentapkan batas toleransi terhadap fluktuasi prestasi peserta didik dari kelas ke kelas dan dari tahun ke tahun dengan pertimbangan profesional seorang pengajar menetapkan batas bawah tingkatan prestasi yang dianggap memadai memenuhi syarat (lulus) sedang yang dibawahnya tidak memenuhi syarat, seperti yang telah dijelaskan diatas.
Dengan acuan patokan yang dulu maka misalkan bila si Budi memperoleh skore 83 dari soal obyektif yang diberikan yaitu berjumlah 150  , sedangkan si Ani memperoleh skore 126. Maka sesuai tabel dibawah ini si Budi mendapatkan nilai D atau 1 dan si Ani mendapatkan nilai akhir B atau 3.
Dengan perhitungan nilai Ani = 84% = B = 3 dan nilai Budi = 55 % = D = 1.
Tabel:
Tingkatan Penguasaan
Nilai akhir
90% - 100%
80% - 89%
65% - 79%
55% - 64%
Kurang dari 55%
A atau 4
B atau 3
C atau 2
D atau 1
E atau 0

C.    Manfaat PAP
Untuk menentukan apakah seorang peserta didik, yang sesuai dengan tingkatanya sudah menguasai tujuan instruksional yang telah ditetapkan oleh instansi pendidikan atau yang ada didalam kurikulum. Pendidik dapat memilih PAP bila mereka ingin mengetahui sejauh mana peserta didik telah mengusai suatu pengetahun atau keterampilan yang diharapkan dapat dicapai. Dalam penggunaanya PAP harus terlebih dahulu ditetapkan kriteria keberhasilan yaitu batas lulus (cutoffs). Jika peserta didik telah menetapkan nilai ujian antara 90-100 dari standar akan mendapat nilai angka A, maka siapapun yang nilai ujiannya mencapai 90 akan mendapat nilai A. Jika seluruh kelas nilai ujiannya yang tertinggi hanya 80 dari standar maka tidak ada satupun yang mendapat nilai angka A.

D.      Kelebihan dan kekurangan PAP
Ø  Kelebihan PAP:
1.      Fokus perhatian pada isi soal
2.      Memberikan semangat bagi peserta didik dalam belajar
Ø  Kekurangan PAP:
1.      Memakan waktu dan biaya
2.      Metode dapat membosankan

BAB III

Penutup
A.    Kesimpulan
Dari uraian-uraian singkat yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
  1. Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada tujuan instruksional atau untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus tersebut.
  2. Ciri  dari  penilaian acuan patokan tersebut antara lain:
a)     Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
b)      Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.
c)     Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan.

B.  Saran
Dalam hal ini penulis mencoba memberikan saran dari uraian di atas :
  1. Pendidik sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam pengolahan dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian acuan norma dan acuan patokan.
  2. Pendidik mampu menangani peserta didiknya dalam proses pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA
1.      Purwanto, Ngalim.1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosadakarya.
2.      Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan.  Jakarta:Bumi Aksara.
3.      Sudijono,Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
5.       http://journal.um.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-kependidikan/article/view/1264