BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Guru merupakan
komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kepada guru diserahkan
untuk “digarap” sutau merupakan “bahan mentah” berupa siswa yang
menginginkan pengetahuan atau keterampilan dan sikap-sikap yang baik
yang akan di gunakan oleh mereka untuk menghadapi masa depan dalam
kehidupannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, yakni transformasi, tak
jarang ada anak yang bisa menguasai apa yang ttelah diajarkannya. Selain
itu anak yang bisa menguasai dan ada pula yang tidak menguasai apa yang
telah di ajarkannya. Selain itu anak yang bisa menguasai apa yang
diajarkan, belumlah tentu pada saat ulangan mendapat nilai yang baik.
Disini guru bertugas melakukan evaluasi proses pengajaran. Waktu tidak
sedikit dari guru enggan melakukan evaluasi dan membiarkan anak didiknya
seperti itu. Mengapa bisa terjadi demikian? Hal ini terjadi karena
kurang memahaminya mereka tentang evaluasi proses pengajaran.
Oleh
sebab itu pemahaman yang lebih lanjut mengenai evaluasi proses
pengajaran sangat kita perlukan sebagai seorang calon pengajar untuk
bekal kelak sebagai pengajar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian evaluasi dan evaluasi proses pengajaran?
2. Mengapa Guru perlu melakukan Evaluasi proses pengajaran?
3. Apa objek dan sasaran evaluasi proses pengajaran?
4. Apa fungsi dan tujuan evaluasi proses pengajaran?
1.3. Tujuan Pembahasan
Setelah makalah ini dipresentasikan kita diharapkan mampu memahami tentang:
1. Pengertian evaluasi dan evaluasi proses pengajaran
2. Perlunya Guru melakukan Evaluasi proses pengajaran
3. Objek dan sasaran evaluasi proses pengajaran
4. Fungsi dan tujuan evaluasi proses pengajaran
BAB II
EVALUASI PROSES PENGAJARAN
1.1. Pengertian evaluasi, dan Evaluasi Proses Pengajaran
Secara
harfiah kata evaluasi berasal dari bahas Inggris evalution, dalam
bahasa arab (التقد ير), dalam bahasa indonesia berarti: penilaian. Akar
katanya adalah Value, dalam bahasa arab (القليمة), dalam bahasa
indonesia berarti: nilai.
Adapun dari segi istilah, ada beberapa
pendapat mengenai evaluasi. Diantaranya yaitu sebagaimana dikemukakan
oleh Edwind Wardt dan Gerald W. Brown (1977). Menurut mereka, evaluasi
adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
suatu. (Anas Sudijono, 2005: 1)
Definisi lain dikemikakan oleh Ralph
Tyler (1950) ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menetukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Lebih lanjut Cronbach dan
Stufflebeam menambahkan, bahwasannya proses evaluasi bukan hanya sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan. (Suharsimi Arikunto, 2005: 3)
Sedangkan evaluasi proses
pengajaran adalah suatau rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk melihat atau mengetahui seberapa tinggi tingkat
keberasilan dari kegiatan yang direncanakan. (Suharsimi Arikunto, 2005:
290).
1.2. Mengapa Guru Perlu Melakukan Evaluasi Proses Pengajaran
Guru
adalah orang yang paling penting statusnya di dalam kegiatan
belajar-mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu
mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas. Bagaimana kelas
berlangsung merupakan hasil dari kerja guru.
Di dalam melaksanakan
tugas yang penting “menciptakan suasana kelas” tersebut guru berupaya
sekuat tenaga agar kehidupan kelas dapat berjalan mulus. Siswa dapat
belajar tanpa hambatan dan dapat menguasai apa yang diajarkan oleh guru
dengan nilai yang baik. Jika ternyata nilainya tidak baik, guru tentu
ingin menelusuri apa penyebab nilai yang tidak baik itu. Jika guru tidak
mengetahui apa dan bagaimana evaluasi proses pengajaran, ia tidak akan
mampu melaksanakan tugas penelusuran penyebab tidak baik. Agar ia mampu
melakukan tugas dengan sempurna, harus bersedia mempelajari evaluasi
proses pengajaran.
Orang yang melakukan evaluasi (evaluator) dalam
kegiatan proses pengajaran dapat berasal dari dalam (yang ikut terlibat
di dalam kegiatan), dan dapat pula orang dari luar (yang tidak ikut
terlibat dalam kegiatan), masing-masing evaluator mempunyai kelemahan.
a.
Evaluator Dalam (Internal Evaluator) sangat memahami seluk-beluk
kegiatan, tetapi ada kemungkingan dapat dipengaruhi oleh keinginan untuk
dapat dikatakan bahwa prosesnya berhasil. Dengan kata lain, evaluator
dalam dapat diganggu oleh unsur subjektivitas. Jika hal itu terjadi,
data yang terkumpul kurang benar dan kurang akurat meskipun barang kali
cukup lengkap.
b. Evaluator Luar (External Evaluator) mungkin
menjumpai kesulitan dalam memperoleh data yang lengkap karena ada
hal-hal yang “disembunyikan” oleh para pelaksana proses. Namun, karena
evaluator tidak berkepentingan akan “nama baik” proses/program, maka
data yang terkumpul dapat lebih objektif.
Sebagai pelaksana yang
mengetahui betul apa yang terjadi di dalam proses belajar-mengajar, guru
berkepentingan atas kualitas pengajaran. Untuk memperbaiku proses
pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu mengetahui
seberapa tinggi tingkat pencapaian dari tugas-tugas yang telah
dikerjakan setelah kurun waktu tertentu.
1.3. Objek atau Sasaran Evaluasi Proses Pengajaran
Sebelum
mengenal sasaran evaluasi secara cermat, kita perlu memusatkan
perhatian pada aspek-aspek yang bersangkutan dengan kegiatan
belajar-mengajar, yakni kita perlu mengenal model transformasi proses
pendidikan. Di dalam prosese transformasi, siswa yang baru masuk
mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan mentah yang akan
diolah melaluui proses pengajaran. Siswa yang baru masuk (input) ini
memiliki karakteristik untuk kekhusussan sendiri-sendiri, yang banyak
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Di samping itu ada masukan lain
yang juga berpengaruh. Yaitu, masukan Instrumental dan masukan
lingkungan.dan siswa yang sudah di transformasi di sebut bahan jadi atau
dikenal dengan hasil atau keluaran (output).
Gambar Transformasi Belajar Mengajar
(Suharsimi Arikunto, 2005: 295)
Objek
untuk sasran evaluasi proses pengajaran adalah komponen-komponen sistem
pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses
(input). Maupun dengan keluaran (output), dengan semua dimensix.
Komponen masukan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yakni:
1. Masukan Mentah (Raw input)
Yaitu para siswa penelitian terhadap masukan mentah yakni siswa sebagai objek belajar, mencakup aspek-aspek berikut:
a.
Kemampuan Siswa. Penelitian terhadap kemampuan siswa idealnya
menggunakan pengukuran Intelegensia atau potensi yang dimilikinya.
Namun, mengingat sulitnya hal itu, maka guru dapat melakukan penilaian
ini dengan mempelajari dan menganalisis kemajuan-kemajuan belajar yang
di tunjukkannya, misalnya analisis terhadap hasil tes seleksi masuk,
nilai STTB, Raport, hasil Ulangan. Analisis kemampuan ini sangat
bermanfaat bagi guru dalam menentukan strategi pengajaran sesuai dengan
kemampuan siswa.
b. Minat, Perhatian dan Motivasi Belajar Siswa.
Keberhasilan belajar siswa tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan
yang dimilikinya, tetapi juga di tentukan oleh minat, perhatian, dan
motivasi belajarnya. Sering ditemukan siswa yang mempunyai kemampuan
yang tinggi gagal dalam belajarnya di sebabkan oleh kurangnya minat,
perhatian dan motivasinya. Minat, perhatian dan motivasi pada hakikatnya
merupakan usaha siswa dalam mencapai kebutuhan belajarnya. Berbagai
alat penilaiaan yang dapat di gunakan untuk menumbuhkan kesemuanya tadi
adalah : pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa, wawancara kepada
siswa, studi data pribadi siswa, kunjungan rumah, dialog dengan orang
tuanya dan lain sebagainya.
c. Kebiasaan Belajar Siswa. Kebiasaan
belajar baik dari segi cara belajar, waktu belajar, keteraturan belajar,
suasana belajar, dan lain-lain merupakan faktor penunjang keberhasilan
belajar siswa. Kebiasaan belajar yang salah harus di perbaiki dan di
tinggalkan, dan guru mencoba mengembangkan kebiasaan belajar baru yang
lebih bermakna. Untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan belajar
para siswa, gguru dapat menggunakan teknik abservasi atau pengamatan
terhadap cara belajar siswa, misalnya cara membaca buku, mengerjakan
tugas, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, cara diskusi.
d.
Karateristik Siswa. Karakteristik pribadi siswa berbeda satu sama lain,
hal ini mempengaruhi siswa dalam proses belajarnya. Sikap dan pendekatan
guru dalam menghadapi siswa harus memperhitungkan karakteristik
tersebut. Untuk mengetahui karakteristik siswa, guru perlu mengamati
tingkah laku siswa dalam berbagai situasi, analisis, wawancara, dan
memberikan kuisoner.
Aspek-aspek yang dikemukakan diatas minimal
harus diketahui oleh guru agar ia dapat menyatukan strategi pengajaran
sesuai dengan kondisi pada siswa.
2. Masukan Alat (Instrumental Input)
Yakni
unsur manusia dan non-manusia yang mempengaruhi terjadinya proses
penilaian terhadap masukan instrumental mencakup dimensi-dimensi sebagai
berikut:
a. Materi atau Kurikulum. Kurikulum adalah program belajar
untuk siswa, terdiri dari pengetahuan ilmiah, pengalaman, dan kegiatan
belajar anak yang telah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan
pendidikan. Penilaian terhadap kurikulum penting dilakukan oleh guru,
penilaian tersebut dapat dilakukan melalui kajian dan analisis GBPP
bukan pedoman guru, buku pelajaran, dan kemampuan guru itu sendiri
(introspeksi) dalam melaksanakan kurikulum tersebut.
b. Guru atau
Kemampuan Guru Mengajar. Kemampuan guru mengajar merupakan dimensi
paling utama untuk dilakukan penilaian monitoring sendiri adalah oleh
Kepala Sekolah. Dengan penilaian ini diharapkan ada usaha dari guru
untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas
pengajaran.
c. Metode adalah Pendekatan dalam Mengajar. Evaluasi
terhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali
tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa.
d.
Sarana : Alat Pelajaran adalah Media Pendidikan. Sasaran evaluasi yang
berkenaan dengan sarana pendidikan antara lain kelengkapannya, ragam
jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan. Mudah dan sukarnya
untuk diperoleh, kecocokan dengan materi, jumlah evaluasinya dilakukan
melalui observasi, monitoring, wawasan dan lain-lain.
3. Masukan Lingkungan (Environmental Input)
Masukan
lingkungan ini ada yang hadir disekitar proses belajar-mengajar, bukan
merupakan sesuatu yang terkait dengan dan berpengaruh langsung pada
prestasi belajar.
Ada dua macam masukan lingkungan yaitu:
c. Lingkungan Manusia
Yang
dapat digolongkan sebagai masukan lingkungan manusia bukan hanya kepala
sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa
saja yang dengan sengaja akan tidak berpengaruh terhadap tingkat hasil
belajar siswa.
d. Lingkungan non-Manusia
Yaitu segala hal yang
berada di lingkungan siswa, yang secara langsung tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa misalnya suasana sekolah, halaman
sekolah, keadaan gedung, dan lain-lain.
1.4. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Proses Pengajaran
Pada
umumnya evaluasi terhadap proses pengajaran itu dilakukan sebagai
bagian integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya evaluasi harus
tidak terpisah dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Evaluasi
proses pengajaran berfungsi untuk:
1. Mengetahui kemampuan dan
perkembangan anak didik setelah mengetahui atau melakukan kegiatan
belajar selama jangka waktu tertentu.
2. Mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode sistem pengajaran yang dipergunakan.
3.
Dengan mengetahui kekurangan serta keburukan yang diperoleh dari hasil
dari evaluasi itu, selanjutnya kita dapat berusaha untuk mencari
perbaikan.
Sedangkan tujuan daripada evaluasi proses pengajaran itu
sendiri adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan
sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan murid dalam pencapaian
tujuan yang diinginkan. Disamping itu juga dapat digunakan bagi
guru-guru atau supervisor untuk mengukur atau menilai sampai dimana
keefektifan dan keefisiensian pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan
belajar dan metode-metode yang digunakan, sebagai bahan untuk perbaikan
dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a.
Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Evaluasi
proses pengajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk melihat atau mengetahui seberapa tinggi tingkat
keberhasilan dari kegiatan yang dicapai.
b. Evaluasi proses
pengajaran sangat diperlukan oleh guru dalam rangka untuk memenuhi
tugasnya sebagai seorang pendidik. Yakni menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan. Orang yang melakukan evaluasi ada dua macam, yakni:
1. Evaluator dalam (Internal Evaluator) dan
2. Evaluator luar (External Evaluator)
c. Obyek dan Sasaran Evaluasi proses pengajaran adalah komponen-komponen sistem pengajaran yaitu:
1. Komponen masukan
a).
Masukan mentah (raw input) yaitu para siswa yang meliputi kemampuan
siswa, minat, perhatian, motivasi, kebiasaan belajar dan karakteristik
siswa.
b). Masukan alat (instrumental input) yang meliputi materi
atau kurikulum, guru, metode atau pendekatan mengajar, sarana ; alat
atau media.
c). Masukan lingkungan (environmental input) yaitu lingkungan manusia dan linkungan non-manusia.
2. Komponen keluaran
d. Fungsi evaluasi proses pengajaran adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan dan kemampuan anak didik setelah melakukan kegiatan belajar.
2. Untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode yang digunakan
3. Untuk mencari perbaikan
Tujuan
evaluasi proses pengajaran adalah untuk menilai keefektifan dan
efesiensi kegiatan mengajar sebagai bahan untuk perbaikan atau
penyempurnaan program dan pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sudijono, Anas. 2005, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press.
Purwanto, M. Ngalim. 1996, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remadja Karya CV.
Sudjana, Nana, dkk. 2003, Teknologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Arikunto, Suharsimi. 2005, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara.